Epilepsi dan Kejang: Perbedaan dan Identifikasinya
Epilepsi adalah kondisi gangguan saraf jangka panjang yang ditandai dengan munculnya serangan secara berulang tanpa pemicu yang jelas. Serangan ini disebabkan oleh adanya aktivitas listrik yang tidak normal dan berlebihan di dalam otak. Gangguan ini bisa terjadi pada siapa saja, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Sementara itu, kejang adalah kondisi sementara yang bisa menjadi gejala dari epilepsi, tetapi tidak selalu menunjukkan bahwa seseorang memiliki epilepsi. Kejang dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti demam tinggi, cedera kepala, atau efek samping obat tertentu. Untuk memahami lebih lanjut, mari kita ulas perbedaan mendalam antara epilepsi dan kejang, mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatannya.
Apa Itu Epilepsi dan Kejang?
Epilepsi merupakan gangguan saraf kronis yang menyebabkan terjadinya serangan atau kejang berulang. Kejang pada epilepsi muncul tanpa sebab langsung dan biasanya disebabkan oleh gangguan aktivitas listrik di otak. Serangan epilepsi bisa berlangsung dalam berbagai bentuk, mulai dari kejang umum yang melibatkan seluruh tubuh hingga kejang parsial yang hanya memengaruhi bagian tertentu dari tubuh.
Epilepsi dan Kejang: Perbedaan dan Identifikasinya
Di sisi lain, kejang adalah kondisi yang terjadi ketika otot-otot tubuh mengalami kontraksi tak terkendali akibat lonjakan aktivitas listrik di otak. Kejang ini dapat menjadi reaksi sementara terhadap kondisi tertentu, seperti infeksi, hipoglikemia, atau gangguan metabolik.
Perbedaan Penyebab Epilepsi dan Kejang
Epilepsi
Epilepsi sering kali tidak memiliki penyebab pasti, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalaminya, seperti:
Cedera kepala berat
Infeksi otak, seperti meningitis
Stroke atau tumor otak
Faktor genetik atau riwayat keluarga dengan epilepsi
Kejang
Kejang dapat dipicu oleh berbagai kondisi yang tidak selalu berkaitan dengan epilepsi, seperti:
Demam tinggi, terutama pada anak-anak (kejang demam)
Kekurangan elektrolit seperti natrium atau kalsium
Hipoglikemia (gula darah rendah)
Pengaruh obat-obatan atau zat tertentu
Cedera otak akibat trauma
Gejala Epilepsi dan Kejang
Gejala epilepsi dapat bervariasi tergantung pada jenis serangannya. Pada kejang umum, seseorang mungkin mengalami hilang kesadaran, kekakuan tubuh, dan gerakan tak terkendali. Sementara pada kejang parsial, gejala bisa berupa sensasi aneh, kedutan otot lokal, atau perubahan emosi mendadak.
Kejang, sebagai gejala tunggal, memiliki tanda-tanda seperti gemetar tubuh secara tiba-tiba, hilangnya kesadaran, atau mata yang tampak kosong. Namun, gejala ini biasanya akan hilang begitu penyebabnya diatasi.
Pengobatan dan Penanganan
Pengobatan epilepsi bertujuan untuk mengendalikan kejang sehingga penderita bisa menjalani kehidupan normal. Beberapa metode pengobatan epilepsi meliputi:
Obat Antiepilepsi (OAE): Obat ini diberikan untuk mengontrol aktivitas listrik di otak dan mengurangi frekuensi kejang.
Operasi: Dalam beberapa kasus, operasi dilakukan untuk mengangkat area otak yang menjadi sumber kejang.
Terapi Lain: Terapi stimulasi saraf vagus atau diet ketogenik juga dapat menjadi pilihan bagi penderita yang tidak merespons obat.
Untuk kejang yang bukan disebabkan oleh epilepsi, pengobatan biasanya difokuskan pada penyebab yang mendasarinya. Misalnya, kejang akibat demam dapat diatasi dengan menurunkan suhu tubuh, sedangkan kejang akibat hipoglikemia ditangani dengan pemberian glukosa.
Prevalensi Epilepsi di Indonesia
Epilepsi merupakan salah satu gangguan saraf yang cukup sering ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018, prevalensi epilepsi pada penduduk usia 15 tahun ke atas adalah 0,5%. Artinya, dalam setiap 1.000 orang, terdapat lima penderita epilepsi. Dengan populasi Indonesia yang mencapai sekitar 275 juta jiwa, diperkirakan lebih dari 1,375 juta orang hidup dengan kondisi ini.
Kesimpulan
Epilepsi dan kejang memiliki hubungan erat, tetapi keduanya berbeda dalam hal definisi, penyebab, dan penanganannya. Epilepsi adalah gangguan saraf kronis yang membutuhkan penanganan jangka panjang, sedangkan kejang bisa menjadi gejala sementara dari berbagai kondisi medis. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala yang mengarah ke epilepsi atau kejang, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Dengan memahami perbedaan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih peka terhadap gejala yang muncul dan memberikan penanganan yang sesuai.